Senin, 17 September 2012

psikologi olga (makalah emosi, stalaness dan Ringelmann Effect)


BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Ada cukup banyak gejala gejala gangguan mental atlit yang dapat menyebabkan merosotnya prestasi atlit, atau setidaknya merupakan hambatan sehingga mengganggu perkembangan atlit dalam upaya mencapai prsetasi setinggi-tingginya.
Dalam makalah ini akan dibicarakan lima gangguan mental yang sering sekali dihadapi opara pelatih dan atlit di lapangan. Seperti rasa emosi dan Ringelmann Effect. Mental merupakan daya penggerak dan pendorong untuk mengejawantahkan kemampuan fisik, teknik dan taktik atlit dalam melaksanakan aktivitas olahraga. Mental atlit merupakan aspek yang abstrak, dimana sulit untuk ditangkap dengan panca indra, apalagi diteliti perkembangan maupun dinilai hasil pembinaannya.

B. Identifikasi Masalah
1)      Dapat mengetahui gejala-gejala emosi, stalaness dan Ringelmann Effect.
2)      Dapat mengerti akan gejala-gejala tersebut.
3)      Dapat mencari solusi dari gejala-gejala tersebut.
4)      Dapat membedakan antara emosi, stalaness dan Ringelmann Effect.
C. Tujuan
1)      Menambah pengetahuan akan gejala-gejala mental dalam olahraga
2)      Dapat menghindari diri dari gejala tersebut
3)      Menjadi bekal di masa tertentu dalam proses mengajar.
BAB 2
PEMBAHASAN
A.     EMOSI
Hal yang paling sulit dilakukan oleh sebagian besar orang adalah mengalahkan musuh terbesar mereka yaitu diri sendiri. Jika seseorang sudah dapat mengalahkan dan mengendalikan diri sendiri, berarti seseorang itu sudah mencapai tahap kecerdasan spiritual yang tinggi. Mengalahkan dan mengendalikan diri sendiri bukanlah sebuah peristiwa, tetapi sebuah kebiasaan dan kedisiplinan yang harus dilakukan setiap hari.
Kata emosi adalah kata serapan dari bahasa inggris, yakni ‘emotion’. Dalam kamus, kata ‘emotion’ digunakan untuk menggambarkan perasaan yang kuat akan sesuatu dan perasaan yang sangat menyenangkan atau sangat mengganggu. Pandangan sistematis yang pertama kali adalah pandangan dari Darwin yang mendefinisikan emosi sebagai mekanisme untuk adaptasi dan mempertahankan hidup oleh individu. Definisi Emosi Berdasarkan Kamus Bahasa Melayu (1994), emosi bermaksud perasaan pada jiwa yang kuat (seperti sedih, marah dan lain-lain). Oxford Advanced Learners’ Dictionary (1995), menyatakan emosi sebagai perasaan yang kuat dan berbagai jenis (kasih sayang, keriangan, benci, takut, cemburu, keseronokan atau gangguan pada perasaan). The Oxford Dictionary of Current English (1986) menyatakan emosi sebagai perasaan yang kuat dari dalam terutamanya daripada aspek mental atau naluri, seperti kasih sayang ataupun takut. Oleh itu, emosi adalah satu ciri jiwa manusia yang mempamerkan perasaan-perasaan kuat yang berpunca daripada psikologi (mental) seseorang dan emosi dapat berlaku secara naluri bergantung pada situasi.
Definisi menurut para ahli tentang emosi itu banyak sekali tetapi dapat ditarik lima benang merah diantara definisi emosi itu, yakni emosi dipicu oleh interpretasi seseorang terhadap suatu kejadian, adanya reaksi fisiologis yang kuat, ekspresi emosionalnya berdasarkan pada mekanisme genetika, merupakan informasi dari satu orang ke yang lainnya, dan membantu seseorang beradaptasi terhadap perubahan situasi lingkungan.
Situasi yang sama belum tentu akan menghasilkan emosi yang sama karena tergantung pemaknaan terhadap situasi tersebut. Melalui emosi, seseorang menyampaikan maksud pada orang lain. Takut yang dialami seseorang sebagai informasi bahwa ia tidak mau melakukan sesuatu. Marah yang dialami merupakan informasi bahwa ia tidak suka diperlakukan seperti perlakuan yang sudah diterimanya. Pendek kata, melalui emosi kita tahu apa yang telah terjadi.
Kemunculan emosi biasanya spontan, tidak disadari dan tanpa diniatkan. Tiba-tiba saja Anda mengalami emosi tertentu. Anda baru sadar mengalami sebuah emosi setelah emosi itu Anda alami.
Emosi dan perasaan (emotion & feeling). Keduanya digunakan secara tumpang tindih dalam percakapan keseharian. Perasaan mengandung adanya suatu pengalaman subjektif. Apa yang dirasakan satu orang dengan orang lain relatif sulit untuk dibandingkan. Hanya diri sendirilah yang bisa mengalami perasaan yang muncul. Sebagian ahli menyebutkan bahwa di dalam emosi terkandung perasaan. Ini artinya, perasaan adalah komponen dari emosi. Perasaan diartikan sebagai keadaan yang dirasakan sedang terjadi dalam diri seseorang
Menurut seorang peneliti emosi dari Australian National University, yakni Anna Wierzbicka, tidak semua budaya memiliki kata untuk emosi sebagaimana yang dikonsepsikan dalam bahasa inggris sedangkan kata yang bermakna perasaan (feeling) ada dalam semua bahasa. Menurutnya lagi, kata emosi lebih disukai karena kesannya lebih objektif dan lebih ilmiah daripada kata perasaan. Oleh sebab itu kata emosi jauh lebih luas digunakan dalam dunia ilmu pengetahuan.
Emosi bisa dibedakan dalam nilai positif dan negatif. Diantara keduanya terdapat nilai netral. Emosi netral adalah kategori emosi yang tidak jelas posisinya. Emosi positif berperan dalam memicu munculnya kesejahteraan emosional (emotional well-being) dan memfasilitasi dalam pengaturan emosi negatif. Jika emosi seseorang positif, maka seseorang itu akan lebih mudah dalam mengatur emosi negatif yang tiba-tiba datang. Emosi-emosi yang bernilai positif diantaranya adalah sayang, suka, cinta, bahagia, gembira, senang, dan lainnya. Emosi negatif menghasilkan permasalahan yang mengganggu individu maupun masyarakat. Emosi-emosi yang bernilai negatif. Misalnya sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, muak, prasangka, takut, curiga dan sejenisnya.
Emosi adalah keadaan internal yang memiliki manifestasi eksternal. Meskipun yang bisa merasakan emosi hanyalah yang mengalaminya, namun orang lain kerap bisa mengetahuinya karena emosi diekspresikan dalam berbagai bentuk. Emosi diekspresikan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Ekspresi verbal misalnya menulis dalam kata-kata, berbicara tentang emosi yang dialami, dan lainnya. Ekspresi nonverbal misalnya perubahan ekspresi wajah, ekspresi vokal atau (nada suara dan urutan pengucapan), perubahan fisiologis, gerak dan isyarat tubuh, dan tindakan-tindakan emosional
Salah satu anugerah Tuhan kepada manusia adalah kesadaran diri (self awareness). Hal ini berarti manusia memiliki kekuatan untuk mengendalikan diri. Kesadaran diri membuat sesorang dapat sepenuhnya sadar terhadap seluruh perasaan dan emosi dirinya. Dengan senantiasa sadar akan keberadaan diri, seseroang dapat mengendalikan emosi dan perasaannya.
Namun seringkali manusia ”lupa” diri, sehingga lepas kendali atas emosi, perasaan dan keberadaan dirinya. Oleh karena, itu agar dapat mengendalikan dan menguasai diri, maka seseorang harus senantiasa membuka kesadaran dirinya melalui upaya memasuki alam bawah sadar (frekuensi gelombang otak yang rendah) maupun suprasadar melalui meditasi.
B.     STALENESS
Staleness diterjemahkan oleh Wojowasito, Poerwadaminta, dan Wasito (1982) sebagai 1) apak, 2) basi, 3) busuk. Kiranya tidaklah layak menggunakan istilah kebusukan, karena istilah ini berkonotasi negatif dan dapat diinterpretasikan keliru. Demikian juga istilah basi terasa kurang tepat karena lebih terkait dengan perihal makanan. Sementara itu dalam penjelasan berikutnya Wojowasito dan kawan-kawan (1982) mencantumkan bahwa akibat kelebihan latihan, individu menjadi apak. Ini secara langsung menyinggung masalah olahraga, jadi staleness diterjemahkan sebagai keapakan.
Keapakan adalah suatu kondisi yang menunjukkan status atlet dalam keadaan tidak mampu mempertahankan kemampuan penampilan standarnya, dengan kata lain penampilannya di bawah standar, sebagai akibat dari kelebihan latihan, dan untuk selanjitnya atlet tidak akan lagi mampu untuk mencapai taraf kemampuan standarnya. Salah satu cirri dampak psikologi yang dialami atlet yang mengalami keapakan adalah depresi (Weinberg & Gould, 1995).
Kelebihan latihan disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
a)  Telalu banyak stress dan tekanan
b)  Terlalu banyak berlatih dan latihan fisik
c)  Kelelahan fisik dan nyeri otot
d) Kebosanan (boredom) akibat pengulangan kegiatan terus-menerus
e)  Istirahat yang tidak cukup dan pola tidur yang kurang layak
C.     RINGELMANN EFFECT
Pada Tahun 1984 Silva III dan Weinberg mengemukakan hasil penelitian psikolog yang terkenal dengan Ringelmann yang kemudian diteliti oleh Ingham dkk. Dalam studinya Ringelman meneliti kemampuan menarik tambang individu-individu dalam kelompok.Kelompok yang terdiri dari 8 orang ternyata tidak menunjukkan kemampuan menarik 8 kali kemampuan individu tapi hanya 4 kali kemampuan individu.Lebih rinci lagi kelompokyang terdiri dari 2 orang kemampuannya 93 % rata-rata kemampuan individu,kelompok yang terdiri dari 3 orang kemampuannya 85 % rata-rata kemampuan individu,kelompok 8 orang 49 % kemampuan rata-rata individu.
Ingham dkk kembali meneliti sampai 2 kali hasil dari Ringelman.Eksperimen I : kelompok 2 orang 91 % penampilan rata-rata individu,kelompok 3 orang 82 % kemampuan rata-rata,kelompok 6 orang menunjukan 78 % kemampuan rata-rata individu.Dari hasil penelitian Ringelmann tersebut Steiner mengajukan pandangan bahwa penurunan penampilan kelompok disebabkan karena hilangnya koordinasi.Kemudian Ingham melakukan eksperimen ke II yaitu dengan menempatkan individu diruang tertutup (gelap) dan diberi tahu bahwa mereka melakukan tugas berkelompok yang terdiri dari satu sampai enam orang.Hasilnya menunjukkan untuk kelompok 3 orang penampilannya 85 % dari kemampuan rata-rata individu.
Dari hasil penelitian yang dilakukan “Ringelmann” terbukti terjadi penurunan penampilan rata-rata individu apabila terjadi peningkatan jumlah anggota kelompok dan ini disebut “Ringelmann effect”. Menurut latane dkk gejala tersebut terjadi karena hilangnya motivasi dan berbaurnya rasa tanggung jawab.
Ringelmann effect atau dampak ringelmann kiranya terjadi pada semua bentuk kelompok dalam olahraga karena interaksi dalam kelompok-kelompok olahraga atau tim tidak sama. Contoh tim panahan tidaklah sama proses interaksinya dengan regu estafet dalam renang atau atletik dan berbeda pula dengan interaksi yang terjadi dalam tim sepak bola atau basket.
Penampilan dan prestasi atlit berkaitan dengan motivasi atlit, khususnya motivasi untuk berprestasi atau motivasi ketergabungan anggota dalam ikatan tim (berafiliasi). Contoh pada permainan ganda bulutangkis dapat saja terjadi pemain A kalah lawan X pada permainan tunggal pemain B kalah lawan Y pada permainan tunggal tapi pasangan AB dapat menang lawan pasangan XY pada permainan ganda. Disamping segi-segi ketrampilan teknis, aspek psikologis seperti rasa tanggung jawab dan kerja sama juga ikut menentukan. Ini tidak akan terlepas dari interaksi yang terjadi antara pemain yang berpasangan tersebut. Interaksi interpersonal akan sangat besar pengaruhnya terhadap penampilan dan prestasi pemain ganda dalam bulutangkis misalnya saling pengertian dan tidak saling menyalahkan serta tidak ingin menguasai dan menonjolkan diri. Dampak ringelmann dalam hal ini tidak jelas berlaku. 
Dari beberapa contoh di atas jelas bahwa dampak Ringelmann atau “Ringelmann effect” tidak selalu relevan untuk menganalisis gejala merosotnya prestasi kelompok atau tim dalam olahraga. Tugas-tugas dan tantangan yang dihadapi suatu tim kemungkinan dihadapi ang
gota-anggota tim dengan menurunnya rasa tanggung jawab, kurang gairah karena kemampuan individual kurang menonjol, menimbulkan kecemasan karena rasa takut akan kalah, dsb-nya; tetapi sebaliknya dapat juga menimbulkan rasa kebersamaan untuk membela nama baik tim, lebih meningkatkan motivasi untuk berprestasi karena tiap-tiap anggota tim tidak ingin menjadi penyebab kurang berhasilnya penampilan tim, dsb-nya.













BAB 3
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari uraian makalah yang telah diselesaikan itu dapat diketahui bahwa dalam olahraga, terdapat pula gejala-gejala yang dapat mengganggu diri kita sendiri yang mana dia berasal dari diri kita sendiri. Seperti gejala emosi yang mana sangat susah untuk kita kendalikan apabila dia sudah berada di puncak atas. Begitu pula dengan gejala lainnya, mereka saling terkait satu sama lainnya sehinnga tidak bisa dipisahkan dari individu-individu tertentu.

B. Saran
Untuk kelengkapan makalah ini kami kelompok lima sangat membutuhkan saran atau kritikan dari dosen pembimbing dan teman-teman semua untuk mencapai sesuatu yang belum kita ketahui atau pahami. Atas saran dan kritikan dari dosen pembimbing dan teman semua kami ucapkan terima kasih.







DAFTAR PUSTAKA

http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/11/apakah-arti-emosi.html                         
Buku Psikologi Olahraga oleh Drs. Syahrastani, M.Kes
Buku Psikologi Olahraga oleh PROF.DR.Sudibyo Setyobroto
Buku Psikologi Olahraga oleh Monty P. Satiadarman







Tidak ada komentar:

Posting Komentar