Senin, 17 September 2012

MOTOR LEARNING


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Belajar merupakan suatu proses yang dapat mendorong terhadap tumbuhnya suatu perubahan, baik perubahan sebagai hasil dari pengalaman maupun latihan. Perubahan yang dimaksud bukan pertumbuhan dan perkembangan melainkan perubahan penampilan keterampilan yang bertalian dengan kecakapan keterampilan dan kecakapan persepsi.
            Menurut Gagne (1977) dalam Mappa (1994: 6), belajar adalah suatu perubahan disposisi (watak) atau kapabilitas (kemampuan) manusia berlangsung, selama suatu jangka waktu tertentu dan tidak sekedar menganggapnya proses pertumbuhan.
            Gerak merupakan ciri kehidupan. Gerakan tubuh dalam hal ini gerak yang dihasilkan oleh kontraksi otot, memungkinkan manusia melakukan berbagai hal yang menunjang kehidupannya. Manusia Mempertahankan Keselamatannya dengan bergerak bergerak: Reflek menghindar, berlari, menunduk, memungkinkan orangmenjaga diri dari hal yang mempertahankan tubuhnya. Belajar gerak ini adalah menambah pengetahuan, pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau penyelidikan.
            Pembelajaran  gerak adalah serangkaian gerak yang dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk menampilkan gerakan-gerakan yang terampil. Aspek-aspek yang terkandung dalam pembelajaran gerak meliputi: Belajar merupakan pengaruh latihan atau pengalaman, Belajar tidak langsung teramati, Perubahan yang terjadi relatif melekat adalah penting untuk menyakini bahwa faktor latihanlah yang akan mempengaruhi penampilan secara menetap. Perubahan kemampuan itu akan menjadi ciri dari orang yang bersangkutan yang akan berguna ketika suatu waktu di butuhkan. Kemampuan baru itu akan terbawa kemanapun orang yang bersangkutan berpindah tempat.
            Pelatihan merupakan suatu proses yang sistematis,yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang ditambah sedikit demi sedikit pada hari-hari berikutnya. Dengan berlatih secara sistematis dalam pengulangan-pengulangan yang konstan, maka akan didapatkan hasil yang baik. Dalam olahraga pengulangan teknik dasar sangat diperlukan, sehingga gerakan gerakan yang diperlukan tetap stabil, (tidak berubah).
            Pada dasarnya olahraga membutuhkan sentuhan jiwa yang halus, kesabaran, keuletan dan ketahanan mental. Selain itu, ada unsur-unsur yang mendasar dan mutlak dimiliki dalam olahraga: bentuk dan struktur tubuh, teknik dasar, mekanisme gerak, kondisi fisik dan kebugaran mental, karena unsur-unsur tersebut saling melengkapi satu sama lain untuk mencapai otomatisasi dalam keterampilan yang baik dibutuhkan pengetahuan tentang gerakan-gerakan yang kesemuanya itu dapat dikaji melalui motor learning.
B.     Masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah penulis bahas di atas, agar makalah ini lebih mengarah dan tidak terlalu luas, maka penulis menarik Benang Merah dalam makalah ini yang berfokus pada masalah di antaranya:
1.      Posisi Teori Belajar Keterampilan Motorik
2.      Pengertian Motor Learning
3.      Belajar Gerak
4.      Koordinasi Gerak
C.    Tujuan
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu: agar pembaca mengetahui tentang  motor learning lebih mendalam.









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Posisi Teori Belajar Keterampilan Motorik
            Dalam beberapa bagian terdahulu telah diuraikan beberapa elemen yang membangun kerangka ilmu keolahragaan. Karena itu, kita dapat mengatakan bahwa ilmu keolahragaan itu merupakan sebuah konstelasi dari disiplin ilmiah yang mengandung seperangkat teori sebagai sebuah sistem di mana di dalamnya terdapat hukum-hukum dan konstruk. Sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang bersifat lintas disiplin, kita mengakui ilmu keolahragaan memang masih muds sehingga masih membutuhkan waktu untuk menjelma menjadi ilmu yang mapan kedudukannya. Sehubungan dengan pemahaman terhadap ilmu keolahragaan sebagai sebuah konstelasi disiplin ilmiah, yang menjadi persoalah berikut ialah di mana kedudukan teori belajar ketrampilan gerak yang dalam istilah asing di kalangan ahli di Amerika Utara disebut motorlearning. Apakah teori itu termasuk ke dalam psikologi olahraga atau masuk ke dalam sport pedagogy.
            Kecenderungan perkembangan kajian terhadap perilaku motorik sekarang ini meliputi: (1) kontrol motorik (motor control), (2) belajar motorik (motor learning), dan (3) perkembangan motorik (motor development).
B.     Pengertian Motor Learning
            Motor learning berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata, yakni: motor dan learning. Motor artinya gerak dan Learning adalah belajar. Jadi secara harafiah motor learning adalah belajar gerak, yang selanjutnya akan dipakai pengertian tersebut dalam penulisan ini. Namun para ilmuan olahraga dalam menjelaskannya tidak hanya pada pengertian kata saja tetapi dijelaskan tentang maknanya.
            Menurut Schmidt (1988: 346) Motor Learning adalah serangkaian proses internal berkaitan dengan praktek atau pengalaman yang akan membentuk perubahan permanent relative terhadap kemampuan untuk merespons.. Jadi pengertian motor learning ini beraneka ragam, dan berdasarkan pendapat para ahli diatas dapatlah dirumuskan motor learning yang diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu belajar gerak adalah: suatu proses pembentukan sistematika kognitif tentang gerak yang kemudian diaplikasikan dalam psikomotor mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sederhana ke keterampilan gerak yang kompleks sebagai gambaran fisiologis yang dapat membentuk psikologis untuk mencapai otomatisasi gerak.
C.       Belajar gerak
            Belajar gerak menurut  Gagne (1977) dalam Kiram (1999:15), adalah  sebagai perubahan tingkah laku atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu jangka tertentu, dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.
            Menurut Romiszowki (1981) dalam Kiram (1999:15), belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon- respon/ muscular yang pada umumnya diekspresikan dala gerak tubuh atau bagian tubuh. Adapun  belajar gerak menurut Rabb (1972) dalam Kiram (1999:15), belajar gerak merupakan suatu pengaturan kembali pola gerak dasar yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku gerak yang terjadi, sebagai hasil latihan. Dimana latihan usaha yang sistematik dengan prinsip paedagogik untuk memunculkan bakat yang dimiliki sebagai atlet atau melatih kemampuan secara bertahap dengan prinsip dasar peningkatan ( Singgih, 1996:5).
            Jadi Belajar gerak adalah merupakan suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan suatu perubahan perilaku yang dalam hal ini adalah keterampilan gerak dengan  melibatkan aspek-aspek psikis dan pisik secara aktif . Belajar gerakan dimulai dengan aktivitas psikis (berpikir) kemudian dilanjutkan dengan aktivitas fisik, dalam artian merealisasikan apa yang telah dipahami/dimengerti secara psikis (kognitif) kedalam unjuk kerja motorik.
            Di dalam belajar gerak terdapat  indikator yakni, terjadinya peningkatan kualitas untuk kerja gerak itu sendiri. Ketegasan ini sangat diperlukan untuk menghindarkan salah mengerti dalam melakukan evaluasi. Menurut Kiram (1999:18) penilaian kualitas gerak dapat dilihat dari indikato-indikator sebagai berikut:
a.       Ketepatan irama gerakan
b.      Ketepatan pemakaian ruangan
c.       Ketepatan penggunaan waktu
d.      Ketepatan dan kelancaran gerak/ aliran gerak
e.       Ketepatan struktur gerakan
f.       Kekonstanan gerakan
g.      Hubungan Gerak


D.     Koordinasi Gerak
            Gerak-gerak yang dilakukan manusia merupakan suatu fenomena yang unik dan kompleks. Maka dalam pembahasan dibutuhkan pengintegrasian berbagai disiplin ilmu  pengetahuan, seperti: psikologi, anatomi, dan fisiologi. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan pemahaman terhadap proses terjadinya gerak akan dapat memberikan konstribusi yang besar terhadap berbagai keperluan yang berkaitan dengan gerak.
Empat komponen dasar gerak : Kognitif, Motorik, Afektif dan Emosional. Keempat komponen dasar ini, dalam penampilan gerak saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya dikatakan bahwa gerak merupakan implementasi interaksi keempat komponen tersebut yang diwujudkan dalam bentuk nyata, yaitu gerak
            Koordinasi gerak  menurut  Husdarta (2010: 109) adalah kemampuan untuk mengatur keserasian gerak bagian- bagian tubuh. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan kontrol tubuh. Individu yang koordinasi gerakanya baik akan mapu mengendalikan gerak tubuh sesuai kemauannya. Kemampuan koordinasi gerak dinilai berdasrkan kemampuan elakukan gerakan-gerakan keterampilan.
            Penguasaan dasar terjadi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik. Dengan pertumbuhan fisik yang semakin tinggi dan semakin besar atau semakin berotot, peningkatan penguasaan gerak dasar dapat didentifikasikan dengan melihat mekanikan tubuh dalam melakukan gerakan semakin baik,control dan kelancaran gerak  makin baik, pola dan bentuk gerakan makin bervariasi dan gerkan bertenaga.
           Menurut Aziz (2008:166) ,ciri- ciri koordinasi gerak meliputi (a) struktur gerakan; (b) irama gerakan; (c) hubungan gerakan; (c) Luas gerakan; (d) kelancran gerakan; (e) kecepatan gerakan.
           Menurut Laban (1999) dalam Tohidin (2007: 14) mengatakan aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemblejaran keterampilan gerakan yang disebut factor-faktor gerak dan berkaitan dengan factor ruang, waktu, gaya, arus dan ritme atau dimana, bagaiman dan dengan apa kita bergerak factor- factor tersebut berlaku untuk semua bidang keterampilan.
Dalam belajar gerak, yang dimaksudkan dengan informasi adalah penjelasan tentang tugas-tugas gerakan yang dilakukan. Setelah informasi diterima oleh alat resptor, informasi tersebut diteruskan ke pusat susunan syaraf. Terjadi proses pengolahan informasi meliputi : pemberian arti atau makna, pengambilan keputusan tentang respon atau aksi-aksi motorik yang akan ditampilkan. Dalam proses analisis ini maka pengalaman-pengalaman masa lalu (ingatan aksi-aksi motorik) turut berperan aktif, terutama sebagai bahan banding atau pertimbangan dalam menentukan respon yang akan ditampilkan. Analisis dan pengolahan informasi, menghasilkan alternatif respon. Setelah itu sampai tahap pengambilan keputusan tentang respon yang akan ditampilkan
Setelah mengambil keputusan tentang bentuk-bentuk aksi motorik yang akan ditampilkan, proses berikutnya adalah proses fisiologis, yaitu pemberian implus tenaga ke alat gerak. Hasilnya adalah gerak atau aksi-aksi motorik yang ditampilkan sebagai respon.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dari pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa “motor lerning” merupakan istilah untuk belajar gerak. Belajar gerak merupakan suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan suatu perubahan perilaku yang dalam hal ini adalah keterampilan gerak dengan  melibatkan aspek-aspek psikis dan pisik secara aktif . Belajar gerakan dimulai dengan aktivitas psikis (berpikir) kemudian dilanjutkan dengan aktivitas fisik, dalam artian merealisasikan apa yang telah dipahami/dimengerti secara psikis (kognitif) kedalam unjuk kerja motorik.
B.     Saran
            Dari pembahasan makalah di atas, diharapkan mahasiswa Manajemen Pendidikan Olahraga dapat mengetahui  dan memahami pembelajaran  tentang “motor learning”.








DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Ishak. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Padang: FIK UNP.
Husdarta. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik (Olahraga dan Kesehatan). Bandung: Alfabeta.
Kiram, Yanuar. 1999. Belajar Motorik. Padang: FIK UNP.
Mappa, Syamsu. dkk.. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Proyek Pembinaan dan      peningkatan mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal    Pendidikan      Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Schimid.R.A. 1988. Motor Control and Learning Behavioral Emphasis, Human    Kinetics Publihers. Illionis (http// Jariono.blogspot.com/2010/02/peranan-        motor-learning-dalam.html).
Singgih, D Gunarsah.1996. Psikologi Olahraga. Jakarta :  PT. BPK Gunung         Mulia.
Tohidin, Didin. 2007. Adaptasi Fisiologi dalam Olahraga. Padang: FIK. UNP     dan Wineka Media



Tidak ada komentar:

Posting Komentar