BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar
merupakan suatu proses yang dapat mendorong terhadap tumbuhnya suatu perubahan,
baik perubahan sebagai hasil dari pengalaman maupun latihan. Perubahan yang
dimaksud bukan pertumbuhan dan perkembangan melainkan perubahan penampilan
keterampilan yang bertalian dengan kecakapan keterampilan dan kecakapan
persepsi.
Menurut
Gagne (1977) dalam Mappa (1994: 6), belajar adalah suatu perubahan disposisi
(watak) atau kapabilitas (kemampuan) manusia berlangsung, selama suatu jangka
waktu tertentu dan tidak sekedar menganggapnya proses pertumbuhan.
Gerak
merupakan ciri kehidupan. Gerakan tubuh dalam hal ini gerak yang dihasilkan
oleh kontraksi otot, memungkinkan manusia melakukan berbagai hal yang menunjang
kehidupannya. Manusia Mempertahankan Keselamatannya dengan bergerak bergerak:
Reflek menghindar, berlari, menunduk, memungkinkan orangmenjaga diri dari hal
yang mempertahankan tubuhnya. Belajar gerak ini adalah menambah pengetahuan,
pemahaman, atau penguasaan melalui pengalaman atau penyelidikan.
Pembelajaran gerak adalah serangkaian gerak yang
dihubungkan dengan latihan atau pengalaman yang mengarah pada
perubahan-perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk
menampilkan gerakan-gerakan yang terampil. Aspek-aspek yang terkandung dalam
pembelajaran gerak meliputi: Belajar merupakan pengaruh latihan atau
pengalaman, Belajar tidak langsung teramati, Perubahan yang terjadi relatif
melekat adalah penting untuk menyakini bahwa faktor latihanlah yang akan
mempengaruhi penampilan secara menetap. Perubahan kemampuan itu akan menjadi
ciri dari orang yang bersangkutan yang akan berguna ketika suatu waktu di
butuhkan. Kemampuan baru itu akan terbawa kemanapun orang yang bersangkutan
berpindah tempat.
Pelatihan
merupakan suatu proses yang sistematis,yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan beban latihan yang ditambah sedikit demi sedikit pada hari-hari
berikutnya. Dengan berlatih secara sistematis dalam pengulangan-pengulangan
yang konstan, maka akan didapatkan hasil yang baik. Dalam olahraga pengulangan
teknik dasar sangat diperlukan, sehingga gerakan gerakan yang diperlukan tetap
stabil, (tidak berubah).
Pada dasarnya olahraga membutuhkan sentuhan jiwa yang halus, kesabaran, keuletan dan ketahanan mental. Selain itu, ada unsur-unsur yang mendasar dan mutlak dimiliki dalam olahraga: bentuk dan struktur tubuh, teknik dasar, mekanisme gerak, kondisi fisik dan kebugaran mental, karena unsur-unsur tersebut saling melengkapi satu sama lain untuk mencapai otomatisasi dalam keterampilan yang baik dibutuhkan pengetahuan tentang gerakan-gerakan yang kesemuanya itu dapat dikaji melalui motor learning.
Pada dasarnya olahraga membutuhkan sentuhan jiwa yang halus, kesabaran, keuletan dan ketahanan mental. Selain itu, ada unsur-unsur yang mendasar dan mutlak dimiliki dalam olahraga: bentuk dan struktur tubuh, teknik dasar, mekanisme gerak, kondisi fisik dan kebugaran mental, karena unsur-unsur tersebut saling melengkapi satu sama lain untuk mencapai otomatisasi dalam keterampilan yang baik dibutuhkan pengetahuan tentang gerakan-gerakan yang kesemuanya itu dapat dikaji melalui motor learning.
B.
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah penulis bahas di atas, agar makalah ini lebih
mengarah dan tidak terlalu luas, maka penulis menarik Benang Merah dalam
makalah ini yang berfokus pada masalah di antaranya:
1. Posisi Teori Belajar Keterampilan
Motorik
2. Pengertian Motor Learning
3. Belajar Gerak
4. Koordinasi Gerak
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini, yaitu: agar pembaca mengetahui tentang
motor learning lebih mendalam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Posisi Teori Belajar Keterampilan
Motorik
Dalam beberapa bagian terdahulu
telah diuraikan beberapa elemen yang membangun kerangka ilmu keolahragaan.
Karena itu, kita dapat mengatakan bahwa ilmu keolahragaan itu merupakan sebuah
konstelasi dari disiplin ilmiah yang mengandung seperangkat teori sebagai
sebuah sistem di mana di dalamnya terdapat hukum-hukum dan konstruk. Sebagai
sebuah ilmu pengetahuan yang bersifat lintas disiplin, kita mengakui ilmu
keolahragaan memang masih muds sehingga masih membutuhkan waktu untuk menjelma
menjadi ilmu yang mapan kedudukannya. Sehubungan dengan pemahaman terhadap ilmu
keolahragaan sebagai sebuah konstelasi disiplin ilmiah, yang menjadi persoalah
berikut ialah di mana kedudukan teori belajar ketrampilan gerak yang dalam
istilah asing di kalangan ahli di Amerika Utara disebut motorlearning. Apakah
teori itu termasuk ke dalam psikologi olahraga atau masuk ke dalam sport
pedagogy.
Kecenderungan perkembangan kajian
terhadap perilaku motorik sekarang ini meliputi: (1) kontrol motorik (motor
control), (2) belajar motorik (motor learning), dan (3) perkembangan motorik
(motor development).
B.
Pengertian
Motor Learning
Motor learning berasal dari bahasa Inggris
yang terdiri dari dua kata, yakni: motor dan learning. Motor artinya gerak dan
Learning adalah belajar. Jadi secara harafiah motor learning adalah belajar
gerak, yang selanjutnya akan dipakai pengertian tersebut dalam penulisan ini.
Namun para ilmuan olahraga dalam menjelaskannya tidak hanya pada pengertian
kata saja tetapi dijelaskan tentang maknanya.
Menurut Schmidt (1988: 346) Motor
Learning adalah serangkaian proses internal berkaitan dengan praktek atau
pengalaman yang akan membentuk perubahan permanent relative terhadap kemampuan
untuk merespons.. Jadi pengertian motor learning ini beraneka ragam, dan
berdasarkan pendapat para ahli diatas dapatlah dirumuskan motor learning yang
diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu belajar gerak adalah: suatu proses
pembentukan sistematika kognitif tentang gerak yang kemudian diaplikasikan
dalam psikomotor mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sederhana ke
keterampilan gerak yang kompleks sebagai gambaran fisiologis yang dapat
membentuk psikologis untuk mencapai otomatisasi gerak.
C.
Belajar gerak
Belajar gerak menurut Gagne (1977) dalam Kiram (1999:15),
adalah sebagai perubahan tingkah laku
atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam waktu jangka tertentu, dan
bukan berasal dari proses pertumbuhan.
Menurut Romiszowki (1981) dalam
Kiram (1999:15), belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-
respon/ muscular yang pada umumnya diekspresikan dala gerak tubuh atau bagian
tubuh. Adapun belajar gerak menurut Rabb
(1972) dalam Kiram (1999:15), belajar gerak merupakan suatu pengaturan kembali
pola gerak dasar yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku gerak yang
terjadi, sebagai hasil latihan. Dimana latihan usaha yang sistematik dengan prinsip paedagogik untuk
memunculkan bakat yang dimiliki sebagai atlet atau melatih kemampuan secara
bertahap dengan prinsip dasar peningkatan ( Singgih, 1996:5).
Jadi Belajar
gerak adalah merupakan suatu proses yang sistematis untuk mendapatkan suatu
perubahan perilaku yang dalam hal ini adalah keterampilan gerak dengan melibatkan aspek-aspek psikis dan pisik secara
aktif . Belajar
gerakan dimulai dengan aktivitas psikis (berpikir) kemudian dilanjutkan dengan aktivitas
fisik, dalam artian merealisasikan apa yang telah dipahami/dimengerti secara
psikis (kognitif) kedalam unjuk kerja motorik.
Di
dalam belajar gerak terdapat indikator
yakni, terjadinya peningkatan kualitas untuk kerja gerak itu sendiri. Ketegasan
ini sangat diperlukan untuk menghindarkan salah mengerti dalam melakukan
evaluasi. Menurut Kiram (1999:18) penilaian kualitas gerak dapat dilihat dari
indikato-indikator sebagai berikut:
a.
Ketepatan irama gerakan
b.
Ketepatan pemakaian ruangan
c.
Ketepatan penggunaan waktu
d.
Ketepatan dan kelancaran gerak/ aliran gerak
e.
Ketepatan struktur gerakan
f.
Kekonstanan gerakan
g.
Hubungan Gerak
D. Koordinasi Gerak
Gerak-gerak
yang dilakukan manusia merupakan suatu fenomena yang unik dan kompleks. Maka
dalam pembahasan dibutuhkan pengintegrasian berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti: psikologi, anatomi, dan
fisiologi. Hal ini disebabkan karena pengetahuan dan pemahaman terhadap proses
terjadinya gerak akan dapat memberikan konstribusi yang besar terhadap berbagai
keperluan yang berkaitan dengan gerak.
Empat
komponen dasar gerak : Kognitif, Motorik, Afektif dan Emosional. Keempat
komponen dasar ini, dalam penampilan gerak saling berinteraksi satu dengan yang
lainnya. Oleh karenanya dikatakan bahwa gerak merupakan implementasi interaksi
keempat komponen tersebut yang diwujudkan dalam bentuk nyata, yaitu gerak
Koordinasi
gerak menurut Husdarta (2010: 109) adalah kemampuan untuk
mengatur keserasian gerak bagian- bagian tubuh. Kemampuan ini berhubungan
dengan kemampuan kontrol tubuh. Individu yang koordinasi gerakanya baik akan
mapu mengendalikan gerak tubuh sesuai kemauannya. Kemampuan koordinasi gerak
dinilai berdasrkan kemampuan elakukan gerakan-gerakan keterampilan.
Penguasaan
dasar terjadi sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik. Dengan
pertumbuhan fisik yang semakin tinggi dan semakin besar atau semakin berotot,
peningkatan penguasaan gerak dasar dapat didentifikasikan dengan melihat
mekanikan tubuh dalam melakukan gerakan semakin baik,control dan kelancaran gerak makin baik, pola dan bentuk gerakan makin
bervariasi dan gerkan bertenaga.
Menurut
Aziz (2008:166) ,ciri- ciri koordinasi gerak meliputi (a) struktur gerakan; (b)
irama gerakan; (c) hubungan gerakan; (c) Luas gerakan; (d) kelancran gerakan;
(e) kecepatan gerakan.
Menurut
Laban (1999) dalam Tohidin (2007: 14) mengatakan aspek-aspek yang harus
dipertimbangkan dalam pemblejaran keterampilan gerakan yang disebut
factor-faktor gerak dan berkaitan dengan factor ruang, waktu, gaya, arus dan
ritme atau dimana, bagaiman dan dengan apa kita bergerak factor- factor
tersebut berlaku untuk semua bidang keterampilan.
Dalam
belajar gerak, yang dimaksudkan dengan informasi adalah penjelasan tentang
tugas-tugas gerakan yang dilakukan. Setelah informasi diterima oleh alat
resptor, informasi tersebut diteruskan ke pusat susunan syaraf. Terjadi proses
pengolahan informasi meliputi : pemberian arti atau makna, pengambilan
keputusan tentang respon atau aksi-aksi motorik yang akan ditampilkan. Dalam
proses analisis ini maka pengalaman-pengalaman masa lalu (ingatan aksi-aksi
motorik) turut berperan aktif, terutama sebagai bahan banding atau pertimbangan
dalam menentukan respon yang akan ditampilkan. Analisis dan pengolahan
informasi, menghasilkan alternatif respon. Setelah itu sampai tahap pengambilan
keputusan tentang respon yang akan ditampilkan
Setelah
mengambil keputusan tentang bentuk-bentuk aksi motorik yang akan ditampilkan,
proses berikutnya adalah proses fisiologis, yaitu pemberian implus tenaga ke
alat gerak. Hasilnya adalah gerak atau aksi-aksi motorik yang ditampilkan
sebagai respon.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa “motor lerning” merupakan istilah untuk
belajar gerak. Belajar gerak merupakan suatu proses yang sistematis
untuk mendapatkan suatu perubahan perilaku yang dalam hal ini adalah keterampilan
gerak dengan melibatkan aspek-aspek
psikis dan pisik secara aktif . Belajar gerakan dimulai dengan aktivitas psikis
(berpikir) kemudian dilanjutkan dengan aktivitas fisik, dalam artian
merealisasikan apa yang telah dipahami/dimengerti secara psikis (kognitif)
kedalam unjuk kerja motorik.
B. Saran
Dari pembahasan makalah di atas,
diharapkan mahasiswa Manajemen Pendidikan Olahraga dapat mengetahui dan memahami pembelajaran tentang “motor learning”.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Ishak. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Padang: FIK
UNP.
Husdarta. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
(Olahraga dan Kesehatan). Bandung:
Alfabeta.
Kiram, Yanuar. 1999. Belajar Motorik. Padang: FIK UNP.
Mappa, Syamsu. dkk.. Teori
Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Proyek Pembinaan dan peningkatan mutu
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Schimid.R.A. 1988. Motor Control and Learning Behavioral
Emphasis, Human Kinetics Publihers.
Illionis (http//
Jariono.blogspot.com/2010/02/peranan- motor-learning-dalam.html).
Singgih, D Gunarsah.1996. Psikologi Olahraga. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
Tohidin, Didin. 2007. Adaptasi
Fisiologi dalam Olahraga. Padang: FIK. UNP dan
Wineka Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar