BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Olahraga merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu
atlet memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya semaksimal
mungkin. Kosasih (1985:9) mengemukakan bahwa olahraga ialah suatu usaha untuk
mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmaniah maupun
rokhaniah pada tiap manusia. Setiap cabang olahraga memerlukan status kondisi
fisik bervariasi perbedaanya satu sama lain. Kondisi fisik adalah satu kesatuan
utuh dari komponen-komponen yang tidak dipisahkan begitu saja,baik
pemeliharaannya. Artinya bahwa didalam usaha peningkatan kondisi fisik maka
seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun disana- sini dilakukan
dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk
keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan menjadi jelas bila kita pada
status kondisi fisik.
Komponen- komponen dalam kondisi fisik meliputi: kekutan, daya tahan, daya
otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi keseimbangan ketepatan dan
reaksi. Untuk mendapatkan kondisi disik yang baik maka diperlukan latihan.
Latihan-latihan kondisi fisik yang diberikan harus dapat mengembangkan
kemampuan kondisi fisik umum dan khusus sesuai dengan kebutuhan olahraga yang
diperlukan. Pembentukan kondisi fisik yang diperlukan memerlukan waktu yang
cukup lama dan harus dilakukan dengan perencanaan latihan yang terarah dan
sistematis.
Prestasi
olahraga adalah tindakan sangat kompleks yang tergantung kepada banyak faktor,
kondisi dan pengaruh-pengaruh lain. Menurut Martin (dalam Furqon, 1995: 5-6),
Faktor yang mempengaruhi latihan sebagai berikut: 1). Keterampilan dan
teknik-teknik yang diperlukan, dikembangkan, dikuasai dan dimantapkan
(diotomatisasikan). 2). Kemampuan – kemampuan yang didasarkan pada pengaturan-pengaturan
latihan penyehatan badan, kemampuan gerak, kemampuan belajar dan koordinasi.
3). Tingkah laku yang memadai untuk
situasi sportif tertentu, misalnya perubahan kompetitif dan
kondisi-kondisi latihan, stress, kelelahan dan sebagainya. 4) Pengembangan
strategi. 5). Kualitas tingkah laku afektif, kognitif dan sosial. Faktor
–faktor di atas merupakan berasal dari dalam (Inner faktor) yang kurang lebih
bisa dipengaruhi dengan latihan.
Dari berbagai komponen kondisi fisik
diatas permasalahan yang akan dibahas pada bab selanjutnya mengenai salah satu
komponen kondisi fisik yakni koordinasi khususnya mengenai metode dan isi
latihan koordinasi.
B.
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah penulis bahas di atas, agar makalah ini lebih mengarah dan tidak terlalu
luas, maka penulis menarik Benang Merah dalam makalah ini yang berfokus pada
masalah di antaranya:
a.
Latihan Koordinasi
b.
Metode latihan koordinasi
c.
Prinsip-prinsip latihan koordinasi
d.
Bentuk-bentuk latihan koordinasi
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini, yaitu: agar pembaca mengetahui tentang
metode dan isi
latihan koordinasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latihan
Koordinasi
Latihan merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan secara sistematis, berulang-ulang dan jumlah beban yang diberikan
semakin hari semakin meningkat dengan program-program yang teratur untuk mencapai tujuan tertentu. Singgih (1996:5) mengemukakan
latihan latihan adalah usaha yang sistematik dengan
prinsip paedagogik untuk memunculkan bakat yang dimiliki sebagai atlet atau
melatih kemampuan secara bertahap dengan prinsip dasar peningkatan.
Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks
(Harsono, 1988). Menurut Bompa (1994) koordinasi erat kaitannya dengan
kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan kelentukan. Oleh karena itu, bentuk
latihan koordinasi harus dirancang dan disesuaikan dengan unsur-unsur
kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan kelentukan.
Koordinasi (coordination) merupakan salah satu elemen kondisi fisik
yang relatif sulit didefenisikan secara tepat karena fungsinya sangat terkait
dengan elemen–elemen kondisi fisik yang lain dan sangat ditentukan oleh kemampuan siswa(
Syafruddin,2011:118-119). Koordinasi adalah kemampuan untuk
berulang kali mengeksekusi urutan gerakan lancar dan akurat. Ini mungkin
melibatkan indra, kontraksi otot dan gerakan sendi (MacKenzie, B.,2008)
Koordinasi (coordination), adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan
bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara
efektif. Misalnya dalam bermain tenis; seorang pemain akan kelihatan mempunyai
koordinasi yang baik bila ia dapat bergerak kearah bola sambil mengayun raket,
kemudian memukulnya dengan teknik yang benar (Sajoto, 1995: 9).
Jadi latihan koordinasi merupakan suatu aktivitas beberapa sistem tubuh dan pola
pergerakan untuk membentuk gerakan individu dan keterampilan yang diperlukan
untuk tujuan tertentu.
Menurut Aziz (2008:162) Komponen komponen dalam koodinasi adalah: (1)
struktur gerakan, (2) irama gerakan, (3) kelancaran gerakan, (4) Hubungan
gerakan, (5) ketepatan dan kekonstanan Gerakan, (6) Tempo gerakan, (7) luasnya
gerakan.
B.
Metode Latihan Koordinasi
Kemampuan koordinasi hanya bisa diperbaiki melalui latihan. Oleh karena
itu, ketepatan penggunaan metode latihan, pengaturan beban yang tepat dan
pemilihan materi latihan yang sesuai akan sangat menentukan peningkatan
kualitas koordinasi. Koordinasi merupakan kemampuan yang kompleks karena tidak
hanya ditentukan oleh sistem persarafan pusat, tetapi juga ditentukan oleh
faktor kondisi fisik seperti kekuatan, kecepatan,daya tahan dan kelentukan.
Kemampuan koordinasi yang baik akan dapat menghemat pemakaian tenaga Hasil
penelitian para ahli menunjukan bahwa koordinasi yang diperbaiki melalui
latihan akan dapat menghemat oksigen sampai 15%. Semakin baik kemampuan
koordinasi maka semakin mudah dan cepat dapat mempelajari bentuk-bentuk gerakan
baru( Syarifuddin, 2011:123).
Koordinasi pelatihan
melibatkan penggunaan beberapa sistem tubuh dan pola pergerakan untuk membentuk
gerakan individu dan keterampilan yang diperlukan untuk tugas-tugas tertentu.
Pengkondisian koordinasi sangat penting untuk tingkat tertentu dalam setiap
individu dan atlet. Koordinasi mengambil tempat komponen lainnya telah
tinggalkan. Penerapan kekuatan misalnya membutuhkan koordinasi yang memadai dan
efisien urutan kontraksi otot agar efektif dalam memindahkan beban tertentu.
Dua bidang koordinasi
yakni:
1. Gerakan
terkoordinasi: gerakan terkoordinasi yang umumnya mata air ke pikiran ketika
mengacu pada koordinasi dalam praktek. Hal ini melibatkan kemampuan untuk
menggabungkan beberapa pola gerakan yang berbeda ke dalam satu gerakan. Sebuah
contoh sempurna adalah koordinasi tangan-mata seperti di juggling.
2. Koordinasi otot sinergis: ini melibatkan urutan efisien
perekrutan otot seperti saat mengangkat sebuah benda aneh. Olimpiade angkat
adalah bentuk pelatihan yang membutuhkan sejumlah besar koordinasi otot
sinergis. Ketika Anda melakukan latihan seperti merebut, Anda perlu merekrut
otot dengan cara yang memungkinkan untuk gerakan yang lengkap dan efisien tanpa
menjatuhkannya di kepala Anda. Koordinasi
lebih berotot Anda memiliki lebih mampu Anda mengangkat beban lebih berat
bahkan sebelum dilakukan dalam usaha. Bobot mesin adalah kontra-contoh, yang
berarti mereka adalah latihan yang memerlukan koordinasi yang sangat sedikit
otot untuk mengangkat beban lebih karena kontrol mesin memberikan Anda atas
gerakan. (Anonim,
2011)
C.
Prinsip-prinsip Latihan Koordinasi
Untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas koordinasi gerakan yang
diperlukan dalam olahraga sangat perlu diperhatikan beberapa prinsip latihan
yang dikemukan Jonath/Krempel(1981) dalam Syafruddin (2011:123) berikut ini.
1) Pelajari koordinasi gerakan yang baru dan beraneka ragam dengan tujuan
untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang kompleks.
2) Pelajari keterampilan-keterampilan gerakan yang baru secara bervariasi.
Gerakan-gerakan yang terotomatisai sebaiknya dikonfrontasi karena gerakan
tersebut menghambat perkembangan koordinasi
3) Latihan-latihan untuk mengembangkan koordinasi harus menunjukan suatu
tingkat kesulitan tertentu dalam arti koordinasi motorik
4) Pengembangan koordinasi yang lebih baik dalah pada usia anak-anak dan
remaja, yang merupakan dasar untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang
baru dan kompleks
5) Latihan-latihan yang bertujuan untuk memperbaiki kemampuan koordinasi
sebaliknya diberikan pada awal suatu unit (sesi) latihan, yang volume latihanya
tidak begitu besar dan sebaiknya dilakukan dengan frekuensi yang tinggi.
D.
Bentuk-bentuk Latihan Koordinasi
Bentuk-bentuk latihan koordinasi (Syafruddin, 2011:123-124):
1) Latihan dengan merubah kecepatan gerakan
2) Latihan dengan merubah batas ruangan untuk bergerak (misalnya
memperkecil lapangan permainan)
3) Merubah alat-alat yang digunakan dalam latihan
4) Mempersulit gerakan-gerakan yang dilakukan seperti memperbanyak putaran
pada lempar cakram, menambah putaran sebelum mendarat pada senam alat.
5) Latihan- latihan keseimbangan
6) Latihan – latihan senam gymnastik
7) Mempersulit gerakan-gerakan yang dilakukan melalui perubahan
pelaksanaan gerakan ( misalnya gerakan maju,mundur, ke samping, gerakan
mengangkat satu kaki atau dua kaki)
8) Latihan – latihan yang dikombinasikan, seperti lari-lari ditempat,
squat thruss,lompat dengan mengangkat kedua paha tinggi ke atas, lompat-lompat
dengan menyentuh kedua telapak kaki dengan tangan yang berlawanan didepan dan
dibelakang badan, dan masih banyak lagi latihan kombinasi yang lain selain itu,
juga dapat dilakukan dengan tanpa lat.
9) Latihan-latihan kekuatan sederhana untuk memperbaiki koordinasi otot
intra
10) Bermacam-macam latihan senam lantai seperti roll kedepan, ke belakang,
salto kedepan dan kebelakang dan lain-lain.
Bentuk latihan koordinasi sebaiknya melibatkan berbagai variasi gerak
dan keterampilan, seperti atlet bulutangkis sebaiknya jangan hanya latihan
gerak dan keterampilan yang terdapat dalam aktivitas bulutangkis saja, namun
berikan latihan-latihan gerak dan keterampilan yang terkandung dalam
cabang-cabang olahraga lainnya seperti bola voli, bola basket, atau olahraga
lainnya. Latihan-latihan koordinasi yang dianjurkan oleh Harre (Harsono, 1988)
antara lain
a. Latihan-latihan dengan perubahan
kecepatan dan irama.
b.
Latihan-latihan dalam kondisi lapangan dan peralatan yang berubah-
ubah (memodifikasi perlengkapan latihan).
c.
Kombinasi berbagai latihan senam.
d.
Kombinasi berbagai permainan
e.
Latihan-latihan untuk mengembangkan reaksi
f.
Lari halang rintang dalam waktu tertentu.
g.
Latihan di depan kaca, latihan keseimbangan, latihan dengan mata
tertutup
h. Melakukan
gerakan-gerakan yang kompleks pada akhir latihan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Latihan koordinasi merupakan suatu aktivitas beberapa sistem
tubuh dan pola pergerakan untuk membentuk gerakan individu dan keterampilan
yang diperlukan untuk tujuan tertentu. Kemampuan koordinasi hanya
bisa diperbaiki melalui latihan. Oleh karena itu, ketepatan penggunaan metode latihan,
pengaturan beban yang tepat dan pemilihan materi latihan yang sesuai akan
sangat menentukan peningkatan kualitas koordinasi. Koordinasi merupakan
kemampuan yang kompleks karena tidak hanya ditentukan oleh sistem persarafan
pusat, tetapi juga ditentukan oleh faktor kondisi fisik seperti kekuatan,
kecepatan,daya tahan dan kelentukan. Untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas koordinasi gerakan yang diperlukan dalam olahraga sangat perlu
diperhatikan beberapa prinsip latihan.
B.
Saran
Dari pembahasan
makalah di atas, diharapkan mahasiswa Manajemen Pendidikan Olahraga dapat
mengetahui dan memahami pembelajaran tentang “ Metode dan isi Latihan koordinasi
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2011. Coordination Training, (online)
(http://www.endlesshumanpotential.com)
Azis
, Ishak. 2008. Tes Pengukuran dan
Evaluasi Pembelajaran.Padang: Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP
Bompa, Tudor O. 1986. Theory and Methodology of Tarining. The Key
to Atlheltic Perfomance. Dubuque,
Kendal/Hunt Publishing.
Furqon. 1995. Teori
Umum Latihan. Surakarta : UNS Press
Harsono. 1988. Choaching dan Aspek Psikologis dalam
Choacing. Jakarta :
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kosasih, Engkos. 1985. Olahraga Teknik dan Program Latihan. Jakarta : CV
Akademika Pressindo
MacKenzie, B. 2008 . Koordinasi , (online)
(http://www.brianmac.co.uk/coord.htm
, diakses 15 Februari 2012).
Sajoto.
1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan
Kondisi Fisik dalam Olahraga.
Dahara Prize: Semarang.
Singgih,
D Gunarsah. 1996. Psikologi Olahraga. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
Syafruddin. 2011. Ilmu Kepelatihan Olahraga.Padang: UNP Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar